Monday, July 18, 2016

Filosofi Jas Hujan

Suatu hari bersama istri, mengantarkan ke kantor dengan memboncengnya naik motor..
saat aku tambah kecepatan dan sedikit mengerem mendadak karena lampu merah dan spontan istri mengomel..
beberapa menit kemudian hampir menabrak mobil yang mengerem mendadak.. untuk kedua kalinya istri mengomel dan sedikit cemberut menggerutu..
setelah dekat kantor saat mau masuk gerbang... karena saat menyebrang ada motor yang dikendarai anak muda hampir menabrak kita.. istri untuk ketiga kalinya marah-marah.. iyess marah ke aku karena ga hati-hati..

Setahun kemudian.. saat anak kami berusia 8 bulan dan kembali kita lagi dari rumah keluarga.. saat itu sudah sore menjelang magrib dan hujan gerimis yang lebat.. kita berkednara naik motor,kali ini istri dan anakku aku kerudungi dengan jas ujan alias plonco jadi aman terlindungi dari basahnya air hujan...
perjalanan begitu berat dan jalanan penuh air dan banjir.. hati-hati sekali menghindari kendaraan besar dan jalan berlobang.. kadang aku agak tambah kecepatan biar cepat sampai dan kadang mengerem mendadak.. sesekali berhenti untuk mengusap helm yang lembab.. istri dan anakku dibelakang terlihat tenang dan nyaman, mereka berharap cepat sampai rumah.. Alhamdulillah sampai rumah akhirnya...

sebuah pelajaran hidup dari 2 kejadian tersebut: Saat kita suami mengendarai bahtera keluarga.. istri dan anak tidak perlu tahu bahayanya cara mengendarai.. mereka hanya tau NYAMAN dan BAHAGIA.. kita tutupi pandanganya.. kita suguhkan ketentraman dan perlindungan, demi utuhnya keluarga..