Thursday, June 03, 2004

CERITA MINGGU INI
(ambil napas mo postingan terpanjang abad ini ) ehem ehem.. alo alo.. para pendengar sekalian dari meja operator SPIDERWEB dilaporkan:

1.tgl 23 Mei 2004 , fariedz udah nyampe dengan selamet dari jakarta( 2hari bersama pacar )ga ketulungan senengnya dah 2 bulan ga ketemu apalagi yang yang 4 bulan ga ketemu *ngelirik seseorang* hehehe, di Jkt naik sepeda motor muter Glodok-Senen-Pejompongan rute rutin. Beli oleh2 buat emak di Petak9. ampun murah2 banget, beli oleh2 kayak mau buka toko mainan deh. Malamnya nonton The Last Samurai berdua, tapi keburu ngantuk ( ngantuk apa ngantuk riedzz??) besoknya balik malang :(. Miss u sayang..

2.Lagi Sedih kontrak Bizkuit mau abis :(. kontraknya 2tahun ga berasa cepet sambil mikirin tempat baru teman2 biar bisa ngumpul lagi.

3.Mbikin Templet Profesional (on the way). Launching bulan Juli bersama datengnya pujaan hati ke Malang uhuii.. ketemu lagi

4.Mau pemilihan presiden gini dapet milis provokosi bagus dimohon salah satu fans calon Presiden ga usah tersinggung atau marah, namanya juga provokasi. Bacalah dengan hati terbuka, ga usah emosi, mungkin yang ikut milis udah baca ketawa aja ya. Biarkan yang belom baca bisa ketawa juga. judulnya emang serem tapi isinya juga kalah serem hehehe
**********forward dari Milis
SKENARIO MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Salah seorang petinggi PDIP yang kecewa karena gagal menjadi anggota DPR RI bercerita panjang lebar soal skenario Mega.Berikut ini penuturannya :
Dalam rapat DPP PDIP hampir semua peserta rapat tertawa terbahak-bahak ketika membaca hasil survey LSI yang mengunggulkan SBY sampai 58%. Terlihat tawa bahagia disana ketika tahu scenario mengunggulkan SBY dikerjakan dengan baik oleh LSI.Kalau mau sedikit berpikir, memang aneh gerakan tim Mega ini, walau nampak kasat mata, tapi tidak ada satupun media massa yang mau memberitakan betapa Mega begitu piawai mengobok-obok konstelasi politik dimana-mana.
Golkar dibuat pecah berantakan dengan memunculkan faksi; Akbar (AT), faksi Kalla, dan faksi Palloh. Keluarga besar NU dibuat cerai berai dengan munculnya kelompok Hasyim, kelompok Gus Solah dan tentu saja the joker, Abdurahman Wahid (GD)Kalau mengikuti Koran dan TV misalnya, hampir-hampir semua pembicaraan menguliti sepak terjang SBY, Wiranto dan AR. Banyak media yang berubah menjadi partisan, terutama TVRI. Tahu tidak, kalau direktur TVRI mendadak diganti dengan orang Mega? Anehnya, tidak ada sedikitpun yang mencoba mengamati gerakan Mega. Padahal gerakan Mega, dirancang oleh puluhan akademisi dan purnawiraan militer. Jauh sebelum Mega Presiden dibentuk, lembaga kajian
> untuk memuluskan Mega ke Istana sudah dirancang rapi. Kepala BIN, Hendropriyono, adalah komandan dibalik skenario Mega. Namanya juga dinas intelejen negara, kekuatan dan keakuratan datanya sungguh luar biasa. Memberikan rencana A sampai Z dengan segala resikonya. Hasilnya? Kita lihat saja paparan dibawah ini.

Menohok Pesaing Berat
Tim Mega yakin hanya Wiranto yang benar-benar penantang terkuat, sementara AR gampang ditaklukan, sementara SBY hanya Koran dan media massa saja yang membesar-besarkannya. Coba diamati baik-baik, isu anti militerisme misalnya, jelas-jelas hanya menyerang Wiranto. Padahal SBY juga militer, namun sama sekali tidak diungkit-ungkit oleh Mega. Sebab Mega memang yakin, SBY masih dibawah kendalinya. Bukankah Kalla, Yusril merupakan anak buahnya yang paling manis di kabinet? Kasus Yacob Nuwawea yang merancang ide demo misalnya, ini memang sengaja dibocorkan. Sebab, Mega sedang memprovokasi Wiranto, untuk jangan macam-macam. Apalagi diketahui bahwa yang ikut rapat di pihak Yacob Nuwa Wea ada pentolan-pentolan GMNU, Famred, Forkot dan Dita Indah Sari. Ada juga memang informasi yang menyatakan menyatakan bahwa bocornya ini karena Wiranto memang seorang militer tangguh, sehingga sudah biasa mengendus gerakan musuh. Buktinya, dari yang hadir di rapat, nomor telephone-nya, sampai detil suasana rapat bisa diketahui dengan pasti. Sungguh, ini buah kerja inteljen yang luar biasa. Mega tentu saja tidak tinggal diam, TPDI yang sudah lama "tidur" tiba- tiba saja membawa kasus Wiranto soal 27 Juli dan kerusuhan Mei 98 ke Mahkamah Agung. Belum cukup dengan itu, semua kepala daerah dan Gubenur dikumpulkan oleh Mega untuk diberi wejangan khusus, mengamankan Mega ke RI 1. Beritanya terbarunya, Mega memerintahkan Jaksa Agung M Rahman untuk kembali membuka kasus BNI. Sebab Mega mempunyai kartu truf soal keterlibatan Wiranto dengan kasus ini.

Mengobok-obok NU
Jangan dikira Hasyim Muzadi berani berseberangan dengan Gus Dur sejak sebelum pemilu legislative karena ingin memperjuangankan NU agar independen. Sama sekali tidak. Hasyim memang sudah terikat kontrak dengan Mega sejak setahun lampau. Makanya Gus Dur tiada henti menyuarakan dimana-mana kalau Hasyim seorang "pembohong". Siapa dibalik munculnya ide Golput PKB ini? Jawabnya sebetulnya gampang ditebak, Arifin Junaedi dan AS Hikam. Kedua orang ini berhasil menyakinkan GD untuk Golput. Dengan Golput, suara PKB yang 12 juta dihanguskan. Sebuah scenario manis dari Mega. Sebab Mega yakin, tidak mungkin pendukung PKB memiih dirinya. Daripada ke Wiranto, lebih baik di'hanguskan" dengan metode canggih. Menyerukan golput. Coba tengok ke belakang, bukankah GMNU dan PMII yang paling getol membela GD dengan senjata Golput? Padahal ketua umum kedua organisasi itu adalah orang-orang Mega. Ketua GMNU diketahui sering berkunjung ke Yacob Nuwa Wea, sementara pengurus PMII pusat sering terlihat bersama Taufik Kiemas. Sayang scenario mega kali ini kena batunya. GD ternyata Cuma bersandiwara ketika menyatakan bahwa tidak akan bekerjasama dengan militer dan ngotot maju sebagai capres. GD yang terkenal licin tahu betul, dengan ngototnya dia akan menaikkan nilai tawar PKB. Dan minimal 5 menteri dan 3 menko akan jatuh ke tangan PKB. Wiranto yang gelap mata, tentu oke-oke saja menyetujui yang penting dia jadi presiden. Apakah mega diam dengan pernyataan GD mendukung Wiranto? Tentu tidak! Setumpuk agenda baru sedang disiapkan untuk mematahkan ini. Caranya? Tim Mega mulai aktif mendekati basis-basis NU yang membutuhkan "bantuan". Dengan fasilitas uang negara yang dia punya, akan ada 1000 macam agenda untuk merayu kaum Nahdliyin. Sementara orang-orang Mega terus memborbardir arus bawah NU akan "dosa-dosa" Golkar. 29 Mei 2004 akan diadakan demo besar-besaran menggoyang Golkar. Demo ini akan didukung penuh oleh LSM-LSM dan mahasiswa nasionalis ini ditengarai sebagai warning dan show of force kubu Mega untuk lawan-lawan politiknya. Dengan scenario ini kubu Mega berharap, di putaran kedua nanti jika harus ketemu Wiranto, Mega akan mendapat simpati dari masyarakat karena dia-lah kini satu-satunya capres sipil!

Membombardir Golkar
Golkar juga tidak luput dari incaran scenario Mega. Suara Golkar yang 24 juta, diporak porandakan dengan mengijinkan Kalla berduet dengan SBY.
Orang bodoh sekalipun pasti mafhum, bagaimana mungkin Kalla yang ikut konvensi Golkar, yang didukung oleh Sultan HB 10, dan iramasuka tiba-tiba saja ke SBY? Hitung-hitungannya jelas. Kalla setidaknya akan menggerogoti 5 juta suara Golkar dari Iramasuka. Modal SBY yang Cuma 7 juta suara ditambah 5 juta suara Kalla, jelas cukup mudah dikalahkan oleh Mega yang sudah mengantongi 23 juta suara solid! Ya, sementara kubu Islam dan kubu Golkar dikocar-kacirkan, kubu PDIP nampak utuh, solid dan bersatu. 23 juta ditambah sedikit suara dari Hasyim cukuplah membuat Mega melenggang dengan gampang ke putaran kedua. Menciptakan capres boneka Kubu Mega juga was-was dengan gerakan AR. Untuk membuyarkan berkumpulnya kekuatan Islam non NU, Mega menyuruh Hamzah Haz maju ke pilpres. Coba buka lagi Koran dan majalah, betapa Hamzah yang tadinya begitu semangat digaet Mega, dibatalkan tiba-tiba. Ada apa? Karena Mega tahu, dengan menggaet Hamzah, percuma saja. Sebab dewan Syariah PPP sudah jelas mengatakan menolak Mega. Dengan menyuruh Hamzah maju, Mega sedang menghanguskan 7 juta suara PPP. Aneh kah, sebelum maju ke pilpres Hamzah dan Agum (bukankah Agum tim Mega center?) meminta ijin ke Mega. Dan dikoran-koran pun jelas dimuat, di putaran kedua, suara pemilih Hamzah akan di berikan ke Mega. Sikap Hamzah ini yang kemudian membuat GPK yang underbow PPP memilih mendukung Amin Rais (AR).

Membingungkan pendukung AR
Modal AR yang Cuma 7 juta pemilih Pan sebenarnya tidaklah membuat Mega cemas. Tapi dengan berkumpulnya dengan PKS, setidaknya membahayakan Mega seandainya AR mampu ke putaran kedua. Mega scenario merekomendasikan untuk memilih bertemu Wiranto ke putaran kedua dibanding AR. Lewat tangan Taufik Kiemas, Mega berhasil menyusup ke PKS dengan menggunakan tangan Anis Matta dan Soeripto. Dengan alasan mendukung AR berarti membiarkan Mega dan SBY lolos keputaran kedua, dewan syuro PKS "dipaksa" merekomendasikan untuk mendukung Wiranto. Aneh bukan, alasannya? Kenapa SBY yang bermodal 7 juta dijadikan alasan untuk menolak mendukung AR? Jawabannya jelas, dengan PKS mendukung Wiranto, berarti menghanguskan suara PKS. Sebab dengan mendukung Wiranto suara PKS akan pecah. Sebagian akan mengikuti rekomendasi dewan Syuro, sebagian akan ke AR. Dukungan sebagian PKS ke Wiranto bisa digantikan oleh larinya sebagian Golkar ke Kalla. Beda jauh efeknya kalau Syuro PKS merekomendasikan AR. Suara PKS bisa jadi bulat. Pengikut PKS yang tanpa berikir panjang pasti akan berbondong-bondong ke AR dan akibatnya bisa hebat. Sebab akan membuat parpol-parpol gurem dan masyarakat muslim berbondong-bondong mendukung AR akibat magnet suara PKS. Daripada AR, jelas Mega memilih Wiranto untuk bertarung di 5 September nanti.

Menonjolkan SBY
Skenario Mega yang paling sukses adalah dengan menonjolkan SBY, seakan-akan pasti menang. Padahal kalau mau berpikir, sungguh aneh kalau di prediksi SBY akan lolos ke putaran kedua. Modal suara yang cekak, 7 jutaan masih teramat jauh. Apalagi jelas-jelas kubu NU nggak bakalan ke SBY. Kubu Muhammadiyah apalagi. Kubu nasionalis pasti ke Mega. Coba tanyakan ini kemana saja. Apakah ada orang yang mencoblos PAN akan memilih SBY? Apakah ada orang yang mencoblos PDIP akan memilih SBY? Apakah ada orang yang mencoblos PKS akan memilih SBY? Jawabnya gampang, amat sangat sedikit! Biar tambah hebat, SBY di blow up sedemikian hebatnya, padahal kalo betul hebat mustinya Demokrat bisa menang pemilu dong? Pilihan presiden beda dengan legislative? Betul, tapi gunakan logika sederhana, basis massa SBY itu dari mana? Kenapa SBY ditonjolkan? Sebab Mega ingin bertemu SBY di 5 September nanti. Dengan melawan SBY di final, peluang Mega jadi lebih gampang.

INTI SKENARIO
Semua ini memang hanya berpusat pada kata akhir, Mega lebih memilih SBY untuk berduel di 5 September. Kalaupun bukan SBY, Mega lebih memilih Wiranto untuk berduel, dan menghindari AR. Kenapa begitu? Dengan Wiranto, kubu Mega jelas memiliki setumpuk bahan untuk meng-KO Wiranto di depan rakyat. Dari maslah pelanggaran HAM sampai masalah bank BNI. Jangan lupa, kasus bobolnya BNI masih ditangan Mega. Mega punya cukup bukti untuk menyeret Wiranto ke pengadilan. Dengan SBY? Ini lebih gampang lagi. SBY dan partai Demokratnya jelas sudah cacat di depan umat Islam. Latar belakang SBY yang terungkap di media massa masih 30% saja yang dibeberkan. Kubu mega punya senjata lebih ampuh soal siapa itu Sarwo Edi Wibowo, siapa itu Kristina, dan yang jelas kubu Mega berhasil menelusuri aliran dana kubu SBY. Lewat James Ryadi yang di AS, kubu Mega berhasil mengungkapkan betapa aliran dana SBY begitu "hitam pekat" ! Kubu Mega juga yakin, di 5 September nanti kubu Islam akan pikir-pikir dan mungkin akan Golput(nanti akan disebarkan data tentang SBY yang sungguh seram, yang membuat pemilih Islam tidak punya pilihan kecuali Golput), sementara kubu NU pasti berbondong-bondong ke Mega karena ada Hasyim. Di putaran kedua, meskipun 50 juta orang golput tidak akan mempengaruhi hasil pemilu. Yang penting, siapapun yang unggul atas pesaingnya, dialah yang jadi presiden. Kalau ketemu AR? Ini yang membuat bingung. Mega kesulitan menyerang AR kecuali dengan serangan-serangan ringan semisal mencla-mencle, ambisius, dan gemar bicara. Serangan seperti itu jelas tidak memadai untuk menghentikan AR seandainya AR mampu ke putaran kedua. Satu-satunya jalan memang harus menghentikan AR di putaran pertama! Caranya? Ya seperti yang dipaparkan oleh caleg PDIP diatas itu.
Skenario cerdas bukan?